Nama : Muhamad Yusup
Nim : 1414231081
TAFSIR AL-MISBAH
Tafsir Ayat Ekonomi Surah Ya Sin Ayat
33-36
×pt#uäur ãNçl°; ÞÚöF{$# èptGøyJø9$# $yg»uZ÷uômr& $oYô_{÷zr&ur $pk÷]ÏB ${7ym çm÷YÏJsù tbqè=à2ù't ÇÌÌÈ $oYù=yèy_ur $ygÏù ;M»¨Zy_ `ÏiB 9@ϯU 5=»oYôãr&ur $tRö¤fsùur $pkÏù z`ÏB Èbqããèø9$# ÇÌÍÈ (#qè=à2ù'uÏ9 `ÏB ¾ÍnÌyJrO $tBur çm÷Gn=ÏJtã öNÍgÏ÷r& ( xsùr& tbrãà6ô±o ÇÌÎÈ z`»ysö6ß Ï%©!$# t,n=y{ ylºurøF{$# $yg¯=à2 $£JÏB àMÎ7/Yè? ÞÚöF{$# ô`ÏBur óOÎgÅ¡àÿRr& $£JÏBur w tbqßJn=ôèt ÇÌÏÈ
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah
bumi yang mati. kami hidupkan bumi itu dan kami keluarkan dari padanya
biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan. Dan kami jadikan padanya
kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air,
Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh
tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?. Maha Suci Tuhan yang
Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan
oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”
TAFSIR
AL-MISBAH Prof. Quraisy sihab
Kelompok
ayat-ayat yang lalu dimulai dengan perintah kepada Nabi Muhammad untuk
mengingatkan kaum musyrikin Mekkah tentang kisah dan pengalaman pahit yang
diterima oleh penduduk suatu negeri yang menolak kehadiran Rosul dan membangkan
perintah-Nya. Kisah mereka diakhiri dengan pernyataan bahwa “Tidaklah mereka
semua kecuali dikumpulkan kepada kami lagi dihadirkan (ayat 32)”. Kini ayat
diatas kembali berbicara tentang kaum musyrikin Mekkah dengan mengajak mereka
memperhatikan alam sekeliling, setelah ayat sebelumnya mengajak mereka
memperthatikan pengalaman sejarah.
Dapat
juga dikatakan, kelompkok ayat yang lau berakahir dengan penegasan tentang akan
adanya hari dimana manusia semua akan dihimpun. Hati itu adalah hari
kebangkitan. Nah, ayat diatas menguraikan sekelumit bukti kuasa Allah
membangkitkan dan menghidupkan apa yang telah mati.
Apapun
hubungan yang anda pilih, yang jelas ayat-ayat diatas bagaikan menyatakan: Dan
disamping pelajaran yang dapat mereka petik dari pengalaman sejarah yang
menunjukan keesaan dan kuasa Allah, suatu tanda besar lainnya bagi mereka adlah
bumi yang mati yakni kering kerontang, lalu kami menghidupkannya dengan
menurunkan air dan menumbuhkan tumbuhan dan kami keluarkan darinya biji-bijian,
maka darinya yakni dari biji-bijian itu mereka senantiasa makan. Dan kami juga
telah jadikan padanya yakni diatas tanah-tanah itu kebun-kebun kurma dan
anggur, dan kami pancarkan padanya beberapa mata air yang dapat diserap oleh
tumbuh-tumbuhan itu sehingga ia dapat tumbuh subur supaya mereka dapat makan
dari buahnya, dan dari apa yang diusakan oleh tangan mereka. Maka apakah yakni
mengapakah mereka tidak bersyukur?
Penggunaan
bentuk jamak pada kata-kata $yg»uZ÷uômr& ahyainaha/kami menghidupkannya dan $oYô_{÷zr&u akhrajna/kami
keluarkan, mengisyaratkan adanya keterlibatan selain Allah dalam hal
menghidupkan bumi dan mengeluarkan tumbuh-tumbuhan. Keterlibatan manusia dalam
hal ini adalah salah satu yang dimaksud. Kata m÷Gn=ÏJtã ’amilathu
terambil dari kata عمل
‘amila yang biasa diterjemahkan mengerjakan. Kata ini berbeda dengan
kata فَعَّلَ yang
juga diterjemahkan demikian. Kata عمل biasanya digunakan untuk suatu
pekerjaan yang dibarengi dengan maksud
dan tujuan tertentu oleh pelakunya. Karena itu pelaku ‘amal biasanya adalah
manusia, bukan binatang atau benda mati, dan karena itu pula biasanya yang
disifati dengan baik atau buruk adalah ‘amal. Kata $tB ma pada firman-Nya: $tBur çm÷Gn=ÏJtã öNÍgÏ÷r& wa
ma amilathu aidihim dapat berarti apa, seperti bunyi terjemah diatas, dan dapat
juga berarti bukan, sehingga ayat diatas bagaikan menyatakan: semua itu
bukanlah hasil usaha tangan mereka. Ia juag dapat berarti yang, jika makna ini
yang dipilih, maka penggalan ayat diatas bagaikan menyatakan: supaya mereka
dapat makan dari buahnya, yang diusahkan oleh tangan mereka. Makna ketiga
mengandung isyarat tentang perlunya memeberi perhatian dan usaha
sungguh-sungguh agar hasil pertanian terus bertambah dan baik, sebagai akibat
keterlibatan manusia dalam mengelolanya. Ada juag yang memahami kata apa yang
diusahakan oleh tangan mereka dalam arti hasil olahan mereka terhadap
buah-buahan itu, katakanlah seperti perasan buah mangga, jeruk, dan lain-lain,
atau cuka dan sebagainya.
Agaknya
pendapat pertama sebagaimana terjemas diatas lebih sejalan dengan konteks ayat
yang mengundang pengakuan akan kuasa Allah serta kesyukuran kepada-Nya.
Ayat
36
z`»ysö6ß Ï%©!$# t,n=y{ ylºurøF{$# $yg¯=à2 $£JÏB àMÎ7/Yè? ÞÚöF{$# ô`ÏBur óOÎgÅ¡àÿRr& $£JÏBur w tbqßJn=ôèt ÇÌÏÈ
“
Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari
apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui.”
Akhir ayat yang lalu mengecam para
pendurhaka yang tidak mensyukuri Allah, bahkan mengecam siapapun yang tidak
mengakui keesaan dan kekuasaan-Nya. Ayat diatas menyucikan Allah dari segala
sifat buruk atau kekurangan yang disandangkan kepada-Nya. Betapa tidak, Allah
yang mereka durhakai itu adalah Dia yang antara lain menciptakan segala
tumbuhan dan menumbuhkan buah-buahan dengan cara menciptakan pasangan bagi
masing-masing. Dengan tujuan itu ayat diatas menyatakan: Maha Suci Dia dari
segala kekurangan dan sifat buruk. Dialah Tuhan yang telah menciptakan
pasang-pasangan semuanya, Pasangan yang berfungsi sebagai pejantan dan betina,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi seperti kurma dan anggur dan demikian
juga dari diri mereka sebagai manusia, dimana mereka terdiri dari lelaki dan
perempuan dan demikian pula dari apa yang tidak atau belum mereka ketahui baik
makhluk hidup maupun benda tak bernyawa. Sementara ulama membatasi makna kata lºurøF{$# azwaja pasangan pada ayat ini hanya pada
makhluk hidup saja. Tim penulis Tafsir Al-Misbah misalnya menulis bahwa: “Kata
min dalam ayat ini berfungsi sebagai penjelas. Yakni bahwa Allah telah
menciptakan pejantan dan betina pada semua makhluk ciptaan-Nya. Baik berupa
tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia dan makhluk hidup lainnya yang tak kasat mata
dan belum diketahui manusia”.
Pendapat
ini tidak sejalan dengan makna kebahasaan, maksud sekian banyak ayat Al-Qur’an
serta kenyataan ilmiah yang ditemukan dewasa ini.
TAFSIR
UII JOGJA MILIK DEPAG
(33)
Dalam ayat ini diterangkan, bahwa salah satu dari tanda kekuasaan Allah dan
adanya hari bangkit, ialah adanya tanah yang mati, tandus dan gersang, tidak
menumbuhkan tananman apapun juga kemudian karena kekuasaaan Allah, tanah yang
mati itu menjadi hidup dengan turunnya hujan dari langit, sehingga memungkinkan
tumbuhnya bermacam-macam tanaman yang menghasilkan bahan makanan bagi manusia
dan makhluk-makhluk lainnya yang hidup di bumi ini. Dengan demikian, manusia
dan makhluk itu memperoleh makanan untuk menumbuhkan jasmani dan memberikan
kekuatan pada mereka. Disamping itu, hasil-hasil bumi tersebut dapat pula
mereka jadikan bahan perniagaan untuk mereka perdagangkan.
(34)
selanjutnya diterangkan, bahwa Allah menciptakan pula di bumi ini kebun, ladang
dan sawah, yang ditanami bermacam-macam tanaman yang menghasilkan bahan makanan
bagi mereka, seperti korma dan anggur yang menjadi bahan makanan pokok bangsa
arab. Demikian pula tentunya padi, gandum dan jagung yang menjadi makanan pokok
bagi bangsa-bangsa lainnya di bumi ini. Disamping itu Allah menciptakan pula
sumber-sumber air, yang kemudian mengalir menjadi sungai-sungai, yang sangat
diperlukan bagi kehidupan di bumi ini. Bahkan pada masa kita sekarang ini, air
tidak hanya diperlukan untuk minum, mandi dan mencuci saja, bahkan untuk
irigasi dan pembangkit tenaga listrik yang amat penting untuk memajukan
pertanian dan industri. Alangkah besar kekuasaan Allah SWT.
(35)
dalam ayat ini diterangkan, bahwa Allah menciptakan dan menganugrahkan semuanya
itu kepada manusia agar mereka memperoleh makanan dari buah dan hasilnya,
begitu pula dari hasil usaha kerajinan tangan mereka yang sekarang ini dikenal
dengan hasil-hasil pertanian dan industri yang hampir tak terhitung jumlahnya.
Jika mereka mau memikirkan betapa
besarnya kekuasaan dan rahmat Allah, mengapa mereka tak mau juga bersyukur
kepada-Nya?. Sikap dan tingkah laku semacam ini sungguh tak layak bagi
orang-orang yang berakal.
(36)
dalam ayat ini diterangkan suatu bukti yang lain tentang kekuasaan Allah SWT,
yaitu bahwa dia telah menciptakan makluknya berpasang-pasangan, baik pasangan
jenis yaitu lelaki dan perempuan, maupun berpasangan sifat, seperti besar
kecil, kuat dan lemah, tinggi dan rendah, kaya dan miskin, dan seterusnya.
Sebagaimna
diketahui, perpasangan jenis itu tidak hanya terdapat pada manusia dan hewan.
Bahkan juga terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Pertemuan tepung sari antara dua
jenis tumbuh-tumbuhan akan menghasilkan putik. Dan putik akan menghasilkan
buah. Buah dimakan oleh manusia dan hewan. Bahkan pasangan jenis itu juga
terjadi pada arus listrik, yaitu, arus positif dan negatif, yang kemudian
menimbulkan kekuatanyang dapat membangkitkan tenaga listrik dan menumbulkan
cahaya. Tenala listrik dan cahaya yang dihasilkan sangat vital dalam kehidupan
manusia zaman modern ini.
Itu
semuanya adalah hal0hal yang berhasil diketahui manusia sampai saat ini. Akan
tetapi perpasangan yang belum dapat dijangkau oleh pengetahuan dan penemuan
manusia sampai sekarang ini, masih banyak lagi. Boleh jadi, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi manusia di masa datang akan dapat pula menyikapkan
sebagian dari rahasia-rahasia yang masih tersimpang tentang adannya pasangan
jenis dalam bidang-bidang yang lainnya yang belum diketahui pada masa kita
sekarang ini.
Dalam
ayat ini diterangkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT, yang
terdapat dalam pasangan-pasangan yang telah diciptakan Nya, yaitu :
1. Benda-benda
yang ditumbuhkan Nya di bum yang telah diketahui manusia seperti
tumbuh-tumbuhan dna sebagainya.
2. Pada
diri mereka sendiri, seperti adanya jenis laki-laki dan jenis perempuan. Dari
hubungan kedua jenis itu lahirlah keturunan-keturunan mereka.
3. Hal-hal
yang belum diketahui manusia. Pengetahuan Allah itu, amat luas, tidak
terhingga. Yang diketahui manusia hanyalah sebagian kecil saja dari pengetehuan
yang banyak itu. Pasangan-pasangan itu juga terdapat pada yang belum diketahui
manusia.
KESIMPULAN
1. Di
antara tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah serta adanya hari berbangkit
ialah :
a.
Dia telah menghidupkan bumi setelah
matinya.
b.
Menghidupkan tumbuh-tumbuhan dan
memancarkan matai air.
c.
Menciptakan pasangan-pasangan pad
makhluk-Nya.
2. Pengetahuan
Allah adalah Maha Luas, hanya sebagian kecil saja yang baru diketahui manusia.
REFLEKSI
Ekonomi selalu diperbincangkan
dimanapun jua seseorang berada. Membicarakan kebutuhan manusia tidak terlepas
dari tiga aspek yaitu produksi, distribusi dan komsumsi. Dalam hal produksi,
Allah Swt sebagai pemilik langit dan bumi, Dialah yang menghamparkan alam jagat
raya ini untuk dikelola oleh manusia yang berawal dari perdebatan sengit antara
malaikat dan jin serta Sang Rabbul Alamin. Allah menciptakan bumi ini untuk
menyediakan sumberdaya alam sebagai bahan baku yang akan dikelola manusia
menjadi barang yang siap saji. Perdebatan ulama dikalangan mufassir mengenai
campur tangan manusia di dalam mengurusi bumi khususnya tumbuh-tumbuhan
sangatlah perlu kita perbincangkan. Sumberdaya alam sebagai anugrah yang
diberikan-Nya, pada hakikatnya dimanapun manusia berada Allah selalu memberikan
rezeki guna keberlangsungan hidup mahluk-Nya dan sesuai dengan kekayaan
sumberdaya alamlah mereka (manusia) akan bekerja sebagai mata pencahariannya
(surat al-A’raf/7: 10, surat al-Hijr/15: 19-20).
Homo-economicus merupakan sebutan yang cocok jika berbicara ekonomi manusia, di dalam
al-Qur’an Allah menyinggung bagaimana manusia tidak langsung puas dengan adanya
kebutuhan biologis, namun setelah daripada itu ia akan mencari kebutuhan primer
seperti makanan, minuman dan tempat tinggal, lalu dengan terpenuhinya kebutuhan
primer juha manusia tidak puas dan akan mencari kebutuhan sekunder dan tersier.
Dal diatas disinyalir di dalam hadist yang telah diriwayatkan oleh al-Bukhari
dan Muslim “Seandainya seseorang mempunyai dua bukit emas, dia masih akan
mengharap mempunyai tiga. Tidak ada yang bisa memenuhi keserakahan manusia
kecuali tanah”. Tanah yang dimaksud adalah kematian, mati merupakan
alternatif terakhir dalam perjalanan hidup manusia didalam menghentika hawa
nafsu.
Hakikat tanah,
tumbuh-tumbuhan yang ada sekarang ini merupakan amanah dari Allah Swt yang mana
harus kita belanjakan sesuai tempat dan manfaatnya. Memenuhi kebutuhan
masyarakat serta mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan umat. Jika demikian maka
perekonomian Islam mencakup pada aspek nilai-norma, sosio-politik sebagai jalan
mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
1. Ayat-Ayat Ekonomi Di Dalam Al-Qur’an Pada Surah Yasin
وءاية لهم الأرض الميتة
أحيينها وأخرجنا منها حبا فمنه يأكلون
“Dan suatu tanda
(kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan
bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka
makan (Qs. Yasin/36: 33)”.
وجعلنا فيها جنت من نخيل
وأعنب وفجرنا فيها من العيون
“Dan Kami jadikan
padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami Pancarkan padanya beberapa mata
air (Qs. Yasin/36: 34)”.
ليأكلوا من ثمره وما
عملته أيديهم أفلا يشكرون
“Supaya mereka dapat
makan dari buahnya dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka
mengapakah mereka tidak bersyukur? (Qs, Yasin/36: 35)”.
سبحن الذى خلق الازوج
كلها مما تنبت الأرض ومن أنفسهم ومما لا يعلمون
“Maha Suci Tuhan yang
telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan
oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui (Qs.
Yasin/36: 36)”.
Keempat ayat diatas merupakan sebuah tanda kekuasaan-Nya. Berawal dari bumi
yang mati dalam artian tidak bisanya bercocok tanam kemudian menjadi bumi yang
berpotensi menghidupkan manusia yang ada di dalamnya. Di dalam Tafsir
Al-Qurthubi dikatakan bahwa ayat 33 dari surat Yasin diatas merupakan sebuah
peringatan kepada mereka yang ingkar terhadap-Nya dengan dihidupkan-Nya tanah
yang mati serta menumbuhkan dan mengeluarkan biji-bijian dari-Nya.
Ilmu pengetahuan modern telah menetapkan bahwa di dalam tanah terdapat
bakteri nitrogen. Jika kita berbicara tentang kimia maka bakteri mengandung
arti pengoleh sintesis, yang berarti ia menyerap nitrogen dari udara.
Cendekiawan modern belum mampu memastikan bagaimana cara olah ketika
unsur-unsur yang negative itu diubah, yang nantinya zat telah siap untuk
bereaksi dan bercampur dengan nitrogen. Bakteri sangatlah membutuhkan air.
Selanjutnya ia juga mengatakan bahwa segala yang terdapat di dalam tanah
menjadi unsur-unsur aslinya dan mempersiapkannay untuk mikroba yang melakukan
penyusunan, demikianlah biasanya tanah menyerupai sebuah kota kimiawi yang
luas.
Di dalam pertanian kita
pasti mengenal istilah pengairan atau irigasi. Irigasi atau cara pemberian air.
Sebagaimana pengalaman penulis menjadi petani Hal ini bisa dilakukan dengan
cara yang alamiah dan cara buatan kepada tanah yang mati untuk menjadikan tanah
agar lembab dan berguna untuk menanam berbagai jenis tumbuh-tumbuhan.
v Secara Alamiah
Cara alamiah biasanya
para petani menyuplai dari air hujan atau bisa juga dengan melalui genangan air
hujan dari limbahan air sungai dan lain sebagainya.
v Secara Buatan
Secara buatan para
petani bisa memakai pompa air yang membuat daratan air rendah menjadi daratan
tinggi, hal ini agar seluruh kebun tersiram atau terkena air. Pembuatan sumur
bor. Pembuatan alat pengangut air yang secara tradisional itu biasanya di
perkampungan menggunakan Kincir air, dari bahan kayu dan bambu yang berfungsi
untuk menaikan air daerah rendah (sungai) ke sawah yang berada di atas.
Didalam ayat 34 diatas menyebutkan kata نخيل
dan أعنب, dengan demikian adanya pengkhususan kata.
Didalam Tafsir al-Qurthubi yang di ta’liq oleh Muhammad
Ibrahim al-Hifnawi dan di takhrij oleh Muhammad Hamid Utsman
bahwa kedua kata tersebut memiliki nilai harga yang sangat tinggi. Allah Swt
selanjutnya memancarkan mata air pada kebun-kebun agar manusia dapat mengolah
apa yang ditanam dan menghasilkan darinya. Air sangat dibutuhkan didalam
pengolahan sebuah kebun tanpa mata air tersebut tanam-tanaman tidak akan tumbuh
dengan subur, al-Jurjani dan al-Mahdawi mengatakan buah muncul disebabkan oleh
adanya mata air.
Pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang dengan memanfaatkan instrument kedua tangan dan
lainnya dengan susah payah akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah
Swt. Kata ما didalam ayat tersebut menjadi sebuah
perdebatan dikalangan para mufassir, ada yang berpendapat manusia mendapat
nikmat baik berupa buah-buahan dan lain sebagainya dari Allah tanpa ikut campur
tangan manusia, hal ini menunjukkan bahwa kata “maa” diatas
mempunyai arti “maa nafiyah” yang berfungsi meniadakan sesuatu
dalam hal ini ikut campur tangan manusia, pendapat diatas dianut oleh
adh-Dhahhak, Muqatil dan Ibnu Abbas. Adapula yang mengatakan bahwa Allah Swt
memberi nikmat berupa buah-buahan dengan perantara olah tangan manusia,
misalnya biji-bijian yang ditumbuk oleh seseorang yang menghasilkan uang,
seperti roti, adonan yang berasal dari biji-bijian dan zaitun. Pendapat kedua
menurut penulis sangatlah bisa diterima, Allah Swt memberi nikmat dengan
perantaraan manusia dikarenakan jika tanpa perantaraan maka manusia berada
dimuka bumi ini khsususnya didalam pencaharian sumber kehidupan dengan tanpa
semangat, perantara juga bisa berarti bahwa adanya sebuah hubungan
individu dengan khalik-Nya, manusia dengan kelemahannya sangatlah bergantung
kepada Allah. Jika kita relasikan dengan ayat diatas bahwa Allah dan Manusia
khususnya di dalam mencari ekonomi tidaklah bisa dipisahkan, segalanya
bersumber dari Allah.
Ayat 36 diatas mengecam
kepada para pendurhaka yang tidak mensyukuri nikmat Allah Swt bahkan ayat ini
menunjuk kepada siapapun yang ingkar terhadap keesaan dan kekuasaan-Nya. Allah
tidak pernah menyandang sifat kekurangan, keburukan dan lainnya, dengan
demikian diawal ayat ini memakai kata “subhana” yang artinya
“mahasuci Dia”.Pada kalimat سبحن الذى خلق الازوج
ayat 36 surat Yasin di atas memberikan informasi kepada kita bahwa
“pasang-pasangan” tidak hanya terjadi pada manusia akan tetapi tanam-tanaman
juga mempunyai pasangan masing-masing walaupun di antara para ulama berbeda
pendapat mengenai kata “min” di dalam ayat tersebut.
Prof. Quraisy Syihab di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa sementara ulama
membatasi makna kata “pasangan” hanya tersandang kepada mahluk
hidup saja. Menurutnya pendapat tersebut tidak sejalan dengan makna kebahasaan,
yang dimaksud adalah dengan kenyataan ilmiah dewasa ini. Ar-Raghib al-Ashfahani
sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Quraisy Syihab mengatakan bahwa kata
tersebut digunakan untuk masing-masing dari dua hal yang berdampingan
(bersamaan), baik jantan maupun betina, binatang (termasuk binatang berakal,
yakni manusia), dan juga digunakan menunjuk kedua yang berpasangan itu.
Teori penyerbukan dan perkawinan antara jantan dan betina pada
tanam-tanaman dan tumbuh-tumbuhan merupakan Sunnatullah buat manusia, hewan,
dan burung-burung. Apabila kehidupan manusia berawal dari bayi yang dirawat
oleh ibunya maka kehidupan tumbuh-tumbuhan dimulai sebagai putik dalam
intisari. Di dalam dunia ilmu pengetahuan modern menetapkan bahwa bunga
tumbuh-tumbuhan terbagi menjadi tiga jenis yaitu bunga jantan, bunga betina,
dan bunga betina-jantan. Misalnya: ada bunga yang menahan serangga di dalam batangnya
seperti bunga “Jackfie Short”. Tanaman ini memiliki dua jenis bunga
yaitu bunga jantan dan betina.
Saya mengambil
kesimpulan bahwa kata pasang-pasangan tidak hanya tertuju kepada mahluk hidup
saja tetapi kepada benda yang tak bernyawa pula. Masih banyak rahasia Allah
yang berada dimuka bumi ini yang belum terungkap dan mungkin akan terungkap
atau kah tidak sama sekali diketaui. Mari kita lihat pada ayat lain dengan
redaksi yang sama, menyatakan bahwa semua yang ada dimuka bumi selalu
berpasang-pasangan. Seperti:
وأرسلنا الرياح لواقح
فأنزلنا من السماء ماء فأسقيناكموه وما أنتم له بخازنين
“Kami
telah meniupkan angin untuk mengawinkan tumbuh-tumbuhan dan Kami turunkan hujan
dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah
kamu yang menyimpannya” (Qs. Al-Hijr/15: 22).
ومن كل الثمرات جعل فيها
زوجين اثنين
“Dan menjadikan padanya
semua buah-buahan berpasang-pasangan” (Qs. Al-Ra’d/13: 3).
ومن كل شيء خلقنا زوجين
لعلكم تذكرون
“Segala
sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran
Allah” (Qs. Adz-Dzariyat/51: 49).
وترى الآرض هامدة فاذا
أنزلنا عليها الماء اهتزت وربت و أنبتت من كل زوج بهيج
“Kamu
lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang indah” (Qs. Al-Hajj/22: 5).
فيهما من كل فاكهة زوجان
“Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang
berpasang-pasangan” (Qs. Al-Rahmaan/55: 52).
وأنزلنا من السماء ماء
فأخرجنا به أزواجا من نبات شتى
“Dan
menurunkan dari langit air huja. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu
berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam” (Qs. Taha/20: 53).
أولم يروا الى الآرض كم
أنبتنا فيها من كل زوج كريم
“Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berpakah banyaknya Kami tumbuhkan di
bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?” (Qs. Asy-Syu’araa/26: 7).
وأنزلنا من السماء ماء
فأنبتنا فيها من كل زوج كريم
“Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam
tumbuh-tumbuhan yang baik” (Qs. Luqman/31: 10).
Demikianlah beberapa
ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang berhubungan dengan ekonomi pada surat Yasin.
No comments:
Post a Comment