Thursday, March 17, 2016

Nama : Muhamad Yusup
Nim : 1414231081

TAFSIR AL-MISBAH

Tafsir Ayat Ekonomi Surah Ya Sin Ayat 33-36
×ptƒ#uäur ãNçl°; ÞÚöF{$# èptGøyJø9$# $yg»uZ÷uômr& $oYô_{÷zr&ur $pk÷]ÏB ${7ym çm÷YÏJsù tbqè=à2ù'tƒ ÇÌÌÈ $oYù=yèy_ur $ygŠÏù ;M»¨Zy_ `ÏiB 9@ŠÏƒ¯U 5=»oYôãr&ur $tRö¤fsùur $pkŽÏù z`ÏB Èbqããèø9$# ÇÌÍÈ (#qè=à2ù'uÏ9 `ÏB ¾Ín̍yJrO $tBur çm÷Gn=ÏJtã öNÍgƒÏ÷ƒr& ( Ÿxsùr& tbrãà6ô±o ÇÌÎÈ z`»ysö6ß Ï%©!$# t,n=y{ ylºurøF{$# $yg¯=à2 $£JÏB àMÎ7/Yè? ÞÚöF{$# ô`ÏBur óOÎgÅ¡àÿRr& $£JÏBur Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÏÈ
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. kami hidupkan bumi itu dan kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan. Dan kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air, Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?. Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”
TAFSIR AL-MISBAH Prof. Quraisy sihab
Kelompok ayat-ayat yang lalu dimulai dengan perintah kepada Nabi Muhammad untuk mengingatkan kaum musyrikin Mekkah tentang kisah dan pengalaman pahit yang diterima oleh penduduk suatu negeri yang menolak kehadiran Rosul dan membangkan perintah-Nya. Kisah mereka diakhiri dengan pernyataan bahwa “Tidaklah mereka semua kecuali dikumpulkan kepada kami lagi dihadirkan (ayat 32)”. Kini ayat diatas kembali berbicara tentang kaum musyrikin Mekkah dengan mengajak mereka memperhatikan alam sekeliling, setelah ayat sebelumnya mengajak mereka memperthatikan pengalaman sejarah.
Dapat juga dikatakan, kelompkok ayat yang lau berakahir dengan penegasan tentang akan adanya hari dimana manusia semua akan dihimpun. Hati itu adalah hari kebangkitan. Nah, ayat diatas menguraikan sekelumit bukti kuasa Allah membangkitkan dan menghidupkan apa yang telah mati.
Apapun hubungan yang anda pilih, yang jelas ayat-ayat diatas bagaikan menyatakan: Dan disamping pelajaran yang dapat mereka petik dari pengalaman sejarah yang menunjukan keesaan dan kuasa Allah, suatu tanda besar lainnya bagi mereka adlah bumi yang mati yakni kering kerontang, lalu kami menghidupkannya dengan menurunkan air dan menumbuhkan tumbuhan dan kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya yakni dari biji-bijian itu mereka senantiasa makan. Dan kami juga telah jadikan padanya yakni diatas tanah-tanah itu kebun-kebun kurma dan anggur, dan kami pancarkan padanya beberapa mata air yang dapat diserap oleh tumbuh-tumbuhan itu sehingga ia dapat tumbuh subur supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusakan oleh tangan mereka. Maka apakah yakni mengapakah mereka tidak bersyukur?
Penggunaan bentuk jamak pada kata-kata $yg»uZ÷uômr& ahyainaha/kami menghidupkannya dan $oYô_{÷zr&u  akhrajna/kami keluarkan, mengisyaratkan adanya keterlibatan selain Allah dalam hal menghidupkan bumi dan mengeluarkan tumbuh-tumbuhan. Keterlibatan manusia dalam hal ini adalah salah satu yang dimaksud. Kata m÷Gn=ÏJtã ’amilathu terambil dari kata عمل  ‘amila yang biasa diterjemahkan mengerjakan. Kata ini berbeda dengan kata فَعَّلَ yang juga diterjemahkan demikian. Kata عمل biasanya digunakan untuk suatu pekerjaan  yang dibarengi dengan maksud dan tujuan tertentu oleh pelakunya. Karena itu pelaku ‘amal biasanya adalah manusia, bukan binatang atau benda mati, dan karena itu pula biasanya yang disifati dengan baik atau buruk adalah ‘amal. Kata $tB ma pada firman-Nya: $tBur çm÷Gn=ÏJtã öNÍgƒÏ÷ƒr& wa ma amilathu aidihim dapat berarti apa, seperti bunyi terjemah diatas, dan dapat juga berarti bukan, sehingga ayat diatas bagaikan menyatakan: semua itu bukanlah hasil usaha tangan mereka. Ia juag dapat berarti yang, jika makna ini yang dipilih, maka penggalan ayat diatas bagaikan menyatakan: supaya mereka dapat makan dari buahnya, yang diusahkan oleh tangan mereka. Makna ketiga mengandung isyarat tentang perlunya memeberi perhatian dan usaha sungguh-sungguh agar hasil pertanian terus bertambah dan baik, sebagai akibat keterlibatan manusia dalam mengelolanya. Ada juag yang memahami kata apa yang diusahakan oleh tangan mereka dalam arti hasil olahan mereka terhadap buah-buahan itu, katakanlah seperti perasan buah mangga, jeruk, dan lain-lain, atau cuka dan sebagainya.
Agaknya pendapat pertama sebagaimana terjemas diatas lebih sejalan dengan konteks ayat yang mengundang pengakuan akan kuasa Allah serta kesyukuran kepada-Nya.
Ayat 36
z`»ysö6ß Ï%©!$# t,n=y{ ylºurøF{$# $yg¯=à2 $£JÏB àMÎ7/Yè? ÞÚöF{$# ô`ÏBur óOÎgÅ¡àÿRr& $£JÏBur Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÏÈ
 “ Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”
Akhir ayat yang lalu mengecam para pendurhaka yang tidak mensyukuri Allah, bahkan mengecam siapapun yang tidak mengakui keesaan dan kekuasaan-Nya. Ayat diatas menyucikan Allah dari segala sifat buruk atau kekurangan yang disandangkan kepada-Nya. Betapa tidak, Allah yang mereka durhakai itu adalah Dia yang antara lain menciptakan segala tumbuhan dan menumbuhkan buah-buahan dengan cara menciptakan pasangan bagi masing-masing. Dengan tujuan itu ayat diatas menyatakan: Maha Suci Dia dari segala kekurangan dan sifat buruk. Dialah Tuhan yang telah menciptakan pasang-pasangan semuanya, Pasangan yang berfungsi sebagai pejantan dan betina, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi seperti kurma dan anggur dan demikian juga dari diri mereka sebagai manusia, dimana mereka terdiri dari lelaki dan perempuan dan demikian pula dari apa yang tidak atau belum mereka ketahui baik makhluk hidup maupun benda tak bernyawa. Sementara ulama membatasi makna kata lºurøF{$# azwaja pasangan pada ayat ini hanya pada makhluk hidup saja. Tim penulis Tafsir Al-Misbah misalnya menulis bahwa: “Kata min dalam ayat ini berfungsi sebagai penjelas. Yakni bahwa Allah telah menciptakan pejantan dan betina pada semua makhluk ciptaan-Nya. Baik berupa tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia dan makhluk hidup lainnya yang tak kasat mata dan belum diketahui manusia”.
Pendapat ini tidak sejalan dengan makna kebahasaan, maksud sekian banyak ayat Al-Qur’an serta kenyataan ilmiah yang ditemukan dewasa ini.

TAFSIR UII JOGJA MILIK DEPAG
(33) Dalam ayat ini diterangkan, bahwa salah satu dari tanda kekuasaan Allah dan adanya hari bangkit, ialah adanya tanah yang mati, tandus dan gersang, tidak menumbuhkan tananman apapun juga kemudian karena kekuasaaan Allah, tanah yang mati itu menjadi hidup dengan turunnya hujan dari langit, sehingga memungkinkan tumbuhnya bermacam-macam tanaman yang menghasilkan bahan makanan bagi manusia dan makhluk-makhluk lainnya yang hidup di bumi ini. Dengan demikian, manusia dan makhluk itu memperoleh makanan untuk menumbuhkan jasmani dan memberikan kekuatan pada mereka. Disamping itu, hasil-hasil bumi tersebut dapat pula mereka jadikan bahan perniagaan untuk mereka perdagangkan.
(34) selanjutnya diterangkan, bahwa Allah menciptakan pula di bumi ini kebun, ladang dan sawah, yang ditanami bermacam-macam tanaman yang menghasilkan bahan makanan bagi mereka, seperti korma dan anggur yang menjadi bahan makanan pokok bangsa arab. Demikian pula tentunya padi, gandum dan jagung yang menjadi makanan pokok bagi bangsa-bangsa lainnya di bumi ini. Disamping itu Allah menciptakan pula sumber-sumber air, yang kemudian mengalir menjadi sungai-sungai, yang sangat diperlukan bagi kehidupan di bumi ini. Bahkan pada masa kita sekarang ini, air tidak hanya diperlukan untuk minum, mandi dan mencuci saja, bahkan untuk irigasi dan pembangkit tenaga listrik yang amat penting untuk memajukan pertanian dan industri. Alangkah besar kekuasaan Allah SWT.
(35) dalam ayat ini diterangkan, bahwa Allah menciptakan dan menganugrahkan semuanya itu kepada manusia agar mereka memperoleh makanan dari buah dan hasilnya, begitu pula dari hasil usaha kerajinan tangan mereka yang sekarang ini dikenal dengan hasil-hasil pertanian dan industri yang hampir tak terhitung jumlahnya. Jika  mereka mau memikirkan betapa besarnya kekuasaan dan rahmat Allah, mengapa mereka tak mau juga bersyukur kepada-Nya?. Sikap dan tingkah laku semacam ini sungguh tak layak bagi orang-orang yang berakal.
(36) dalam ayat ini diterangkan suatu bukti yang lain tentang kekuasaan Allah SWT, yaitu bahwa dia telah menciptakan makluknya berpasang-pasangan, baik pasangan jenis yaitu lelaki dan perempuan, maupun berpasangan sifat, seperti besar kecil, kuat dan lemah, tinggi dan rendah, kaya dan miskin, dan seterusnya.
Sebagaimna diketahui, perpasangan jenis itu tidak hanya terdapat pada manusia dan hewan. Bahkan juga terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Pertemuan tepung sari antara dua jenis tumbuh-tumbuhan akan menghasilkan putik. Dan putik akan menghasilkan buah. Buah dimakan oleh manusia dan hewan. Bahkan pasangan jenis itu juga terjadi pada arus listrik, yaitu, arus positif dan negatif, yang kemudian menimbulkan kekuatanyang dapat membangkitkan tenaga listrik dan menumbulkan cahaya. Tenala listrik dan cahaya yang dihasilkan sangat vital dalam kehidupan manusia zaman modern ini.
Itu semuanya adalah hal0hal yang berhasil diketahui manusia sampai saat ini. Akan tetapi perpasangan yang belum dapat dijangkau oleh pengetahuan dan penemuan manusia sampai sekarang ini, masih banyak lagi. Boleh jadi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia di masa datang akan dapat pula menyikapkan sebagian dari rahasia-rahasia yang masih tersimpang tentang adannya pasangan jenis dalam bidang-bidang yang lainnya yang belum diketahui pada masa kita sekarang ini.
Dalam ayat ini diterangkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT, yang terdapat dalam pasangan-pasangan yang telah diciptakan Nya, yaitu :
1.      Benda-benda yang ditumbuhkan Nya di bum yang telah diketahui manusia seperti tumbuh-tumbuhan dna sebagainya.
2.      Pada diri mereka sendiri, seperti adanya jenis laki-laki dan jenis perempuan. Dari hubungan kedua jenis itu lahirlah keturunan-keturunan mereka.
3.      Hal-hal yang belum diketahui manusia. Pengetahuan Allah itu, amat luas, tidak terhingga. Yang diketahui manusia hanyalah sebagian kecil saja dari pengetehuan yang banyak itu. Pasangan-pasangan itu juga terdapat pada yang belum diketahui manusia.

KESIMPULAN
1.      Di antara tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah serta adanya hari berbangkit ialah :
a.       Dia telah menghidupkan bumi setelah matinya.
b.      Menghidupkan tumbuh-tumbuhan dan memancarkan matai air.
c.       Menciptakan pasangan-pasangan pad makhluk-Nya.
2.      Pengetahuan Allah adalah Maha Luas, hanya sebagian kecil saja yang baru diketahui manusia.  

REFLEKSI

Ekonomi selalu diperbincangkan dimanapun jua seseorang berada. Membicarakan kebutuhan manusia tidak terlepas dari tiga aspek yaitu produksi, distribusi dan komsumsi. Dalam hal produksi, Allah Swt sebagai pemilik langit dan bumi, Dialah yang menghamparkan alam jagat raya ini untuk dikelola oleh manusia yang berawal dari perdebatan sengit antara malaikat dan jin serta Sang Rabbul Alamin. Allah menciptakan bumi ini untuk menyediakan sumberdaya alam sebagai bahan baku yang akan dikelola manusia menjadi barang yang siap saji. Perdebatan ulama dikalangan mufassir mengenai campur tangan manusia di dalam mengurusi bumi khususnya tumbuh-tumbuhan sangatlah perlu kita perbincangkan. Sumberdaya alam sebagai anugrah yang diberikan-Nya, pada hakikatnya dimanapun manusia berada Allah selalu memberikan rezeki guna keberlangsungan hidup mahluk-Nya dan sesuai dengan kekayaan sumberdaya alamlah mereka (manusia) akan bekerja sebagai mata pencahariannya (surat al-A’raf/7: 10, surat al-Hijr/15: 19-20).
Homo-economicus merupakan sebutan yang cocok jika berbicara ekonomi manusia, di dalam al-Qur’an Allah menyinggung bagaimana manusia tidak langsung puas dengan adanya kebutuhan biologis, namun setelah daripada itu ia akan mencari kebutuhan primer seperti makanan, minuman dan tempat tinggal, lalu dengan terpenuhinya kebutuhan primer juha manusia tidak puas dan akan mencari kebutuhan sekunder dan tersier. Dal diatas disinyalir di dalam hadist yang telah diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim “Seandainya seseorang mempunyai dua bukit emas, dia masih akan mengharap mempunyai tiga. Tidak ada yang bisa memenuhi keserakahan manusia kecuali tanah”. Tanah yang dimaksud adalah kematian, mati merupakan alternatif terakhir dalam perjalanan hidup manusia didalam menghentika hawa nafsu.
Hakikat tanah, tumbuh-tumbuhan yang ada sekarang ini merupakan amanah dari Allah Swt yang mana harus kita belanjakan sesuai tempat dan manfaatnya. Memenuhi kebutuhan masyarakat serta mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan umat. Jika demikian maka perekonomian Islam mencakup pada aspek nilai-norma, sosio-politik sebagai jalan mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
1.      Ayat-Ayat Ekonomi Di Dalam Al-Qur’an Pada Surah Yasin
وءاية لهم الأرض الميتة أحيينها وأخرجنا منها حبا فمنه يأكلون
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan (Qs. Yasin/36: 33)”.
وجعلنا فيها جنت من نخيل وأعنب وفجرنا فيها من العيون
“Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami Pancarkan padanya beberapa mata air (Qs. Yasin/36: 34)”.
ليأكلوا من ثمره وما عملته أيديهم أفلا يشكرون
“Supaya mereka dapat makan dari buahnya dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? (Qs, Yasin/36: 35)”.
سبحن الذى خلق الازوج كلها مما تنبت الأرض ومن أنفسهم ومما لا يعلمون
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui (Qs. Yasin/36: 36)”.
Keempat ayat diatas merupakan sebuah tanda kekuasaan-Nya. Berawal dari bumi yang mati dalam artian tidak bisanya bercocok tanam kemudian menjadi bumi yang berpotensi menghidupkan manusia yang ada di dalamnya. Di dalam Tafsir Al-Qurthubi dikatakan bahwa ayat 33 dari surat Yasin diatas merupakan sebuah peringatan kepada mereka yang ingkar terhadap-Nya dengan dihidupkan-Nya tanah yang mati serta menumbuhkan dan mengeluarkan biji-bijian dari-Nya.
Ilmu pengetahuan modern telah menetapkan bahwa di dalam tanah terdapat bakteri nitrogen. Jika kita berbicara tentang kimia maka bakteri mengandung arti pengoleh sintesis, yang berarti ia menyerap nitrogen dari udara. Cendekiawan modern belum mampu memastikan bagaimana cara olah ketika unsur-unsur yang negative itu diubah, yang nantinya zat telah siap untuk bereaksi dan bercampur dengan nitrogen. Bakteri sangatlah membutuhkan air. Selanjutnya ia juga mengatakan bahwa segala yang terdapat di dalam tanah menjadi unsur-unsur aslinya dan mempersiapkannay untuk mikroba yang melakukan penyusunan, demikianlah biasanya tanah menyerupai sebuah kota kimiawi yang luas.
Di dalam pertanian kita pasti mengenal istilah pengairan atau irigasi. Irigasi atau cara pemberian air. Sebagaimana pengalaman penulis menjadi petani Hal ini bisa dilakukan dengan cara yang alamiah dan cara buatan kepada tanah yang mati untuk menjadikan tanah agar lembab dan berguna untuk menanam berbagai jenis tumbuh-tumbuhan.
v  Secara Alamiah
Cara alamiah biasanya para petani menyuplai dari air hujan atau bisa juga dengan melalui genangan air hujan dari limbahan air sungai dan lain sebagainya.
v  Secara Buatan
Secara buatan para petani bisa memakai pompa air yang membuat daratan air rendah menjadi daratan tinggi, hal ini agar seluruh kebun tersiram atau terkena air. Pembuatan sumur bor. Pembuatan alat pengangut air yang secara tradisional itu biasanya di perkampungan menggunakan Kincir air, dari bahan kayu dan bambu yang berfungsi untuk menaikan air daerah rendah (sungai) ke sawah yang berada di atas.
Didalam ayat 34 diatas menyebutkan kata نخيل dan أعنب, dengan demikian adanya pengkhususan kata. Didalam Tafsir al-Qurthubi yang di ta’liq oleh Muhammad Ibrahim al-Hifnawi dan di takhrij oleh Muhammad Hamid Utsman bahwa kedua kata tersebut memiliki nilai harga yang sangat tinggi. Allah Swt selanjutnya memancarkan mata air pada kebun-kebun agar manusia dapat mengolah apa yang ditanam dan menghasilkan darinya. Air sangat dibutuhkan didalam pengolahan sebuah kebun tanpa mata air tersebut tanam-tanaman tidak akan tumbuh dengan subur, al-Jurjani dan al-Mahdawi mengatakan buah muncul disebabkan oleh adanya mata air.
Pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dengan memanfaatkan instrument kedua tangan dan lainnya dengan susah payah akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Swt. Kata ما didalam ayat tersebut menjadi sebuah perdebatan dikalangan para mufassir, ada yang berpendapat manusia mendapat nikmat baik berupa buah-buahan dan lain sebagainya dari Allah tanpa ikut campur tangan manusia, hal ini menunjukkan bahwa kata “maa” diatas mempunyai arti “maa nafiyah” yang berfungsi meniadakan sesuatu dalam hal ini ikut campur tangan manusia, pendapat diatas dianut oleh adh-Dhahhak, Muqatil dan Ibnu Abbas. Adapula yang mengatakan bahwa Allah Swt memberi nikmat berupa buah-buahan dengan perantara olah tangan manusia, misalnya biji-bijian yang ditumbuk oleh seseorang yang menghasilkan uang, seperti roti, adonan yang berasal dari biji-bijian dan zaitun. Pendapat kedua menurut penulis sangatlah bisa diterima, Allah Swt memberi nikmat dengan perantaraan manusia dikarenakan jika tanpa perantaraan maka manusia berada dimuka bumi ini khsususnya didalam pencaharian sumber kehidupan dengan tanpa semangat, perantara juga bisa  berarti bahwa adanya sebuah hubungan individu dengan khalik-Nya, manusia dengan kelemahannya sangatlah bergantung kepada Allah. Jika kita relasikan dengan ayat diatas bahwa Allah dan Manusia khususnya di dalam mencari ekonomi tidaklah bisa dipisahkan, segalanya bersumber dari Allah.
Ayat 36 diatas mengecam kepada para pendurhaka yang tidak mensyukuri nikmat Allah Swt bahkan ayat ini menunjuk kepada siapapun yang ingkar terhadap keesaan dan kekuasaan-Nya. Allah tidak pernah menyandang sifat kekurangan, keburukan  dan lainnya, dengan demikian diawal ayat ini memakai kata “subhana” yang artinya “mahasuci Dia”.Pada kalimat سبحن الذى خلق الازوج  ayat 36 surat Yasin di atas memberikan informasi kepada kita bahwa “pasang-pasangan” tidak hanya terjadi pada manusia akan tetapi tanam-tanaman juga mempunyai pasangan masing-masing walaupun di antara para ulama berbeda pendapat mengenai kata “min” di dalam ayat tersebut.
Prof. Quraisy Syihab di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa sementara ulama membatasi makna kata “pasangan” hanya tersandang kepada mahluk hidup saja. Menurutnya pendapat tersebut tidak sejalan dengan makna kebahasaan, yang dimaksud adalah dengan kenyataan ilmiah dewasa ini. Ar-Raghib al-Ashfahani sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Quraisy Syihab mengatakan bahwa kata tersebut digunakan untuk masing-masing dari dua hal yang berdampingan (bersamaan), baik jantan maupun betina, binatang (termasuk binatang berakal, yakni manusia), dan juga digunakan menunjuk kedua yang berpasangan itu.
Teori penyerbukan dan perkawinan antara jantan dan betina pada tanam-tanaman dan tumbuh-tumbuhan merupakan Sunnatullah buat manusia, hewan, dan burung-burung. Apabila kehidupan manusia berawal dari bayi yang dirawat oleh ibunya maka kehidupan tumbuh-tumbuhan dimulai sebagai putik dalam intisari. Di dalam dunia ilmu pengetahuan modern menetapkan bahwa bunga tumbuh-tumbuhan terbagi menjadi tiga jenis yaitu bunga jantan, bunga betina, dan bunga betina-jantan. Misalnya: ada bunga yang menahan serangga di dalam batangnya seperti bunga “Jackfie Short”. Tanaman ini memiliki dua jenis bunga yaitu bunga jantan dan betina.
Saya mengambil kesimpulan bahwa kata pasang-pasangan tidak hanya tertuju kepada mahluk hidup saja tetapi kepada benda yang tak bernyawa pula. Masih banyak rahasia Allah yang berada dimuka bumi ini yang belum terungkap dan mungkin akan terungkap atau kah tidak sama sekali diketaui. Mari kita lihat pada ayat lain dengan redaksi yang sama, menyatakan bahwa semua yang ada dimuka bumi selalu berpasang-pasangan. Seperti:
وأرسلنا الرياح لواقح  فأنزلنا من السماء ماء فأسقيناكموه وما أنتم له بخازنين
                        “Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan tumbuh-tumbuhan dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya” (Qs. Al-Hijr/15: 22).
ومن كل الثمرات جعل فيها زوجين اثنين
“Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan” (Qs. Al-Ra’d/13: 3).
ومن كل شيء خلقنا زوجين لعلكم تذكرون
                        “Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah” (Qs. Adz-Dzariyat/51: 49).
وترى الآرض هامدة فاذا أنزلنا عليها الماء اهتزت وربت و أنبتت من كل زوج بهيج
                        “Kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah” (Qs. Al-Hajj/22: 5).
فيهما من كل فاكهة زوجان
                        “Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasang-pasangan” (Qs. Al-Rahmaan/55: 52).
وأنزلنا من السماء ماء فأخرجنا به أزواجا من نبات شتى
                        “Dan menurunkan dari langit air huja. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam” (Qs. Taha/20: 53).
أولم يروا الى الآرض كم أنبتنا فيها من كل زوج كريم
                        “Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berpakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?” (Qs. Asy-Syu’araa/26: 7).
وأنزلنا من السماء ماء فأنبتنا فيها من كل زوج كريم
                        “Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik” (Qs. Luqman/31: 10).
Demikianlah beberapa ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang berhubungan dengan ekonomi pada surat Yasin.


No comments:

Post a Comment